Tugas Riview Konten/Artikel rumahbelajar.id
Septian Nugraha, M.Pd
(MTsN 3 Subang dan Instruktur VCI 101
JABAR 4 KELOMPOK F)
KONTEN 1:
“Landscaping”
sebagai Project Based Learning: Membuat Taman Seni Sekolah sebagai Pembelajaran
Kontekstual dan Media Pembelajaran Terpadu di SMPN 13 Kota Sukabumi
Hasil Riview
SMPN 13 Kota
Sukabumi merupakan sekolah seni yang kondisi tanah dan airnya cukup baik untuk
bercocok tanam namun hanya kurang dari 10% lahan yang bisa ditanam sehingga
perlu direvitalisasi. Landscaping (Penataan lahan) di SMPN 13 Kota
Sukabumi bertujuan untuk membuat taman yang mendukung sekolah seni,
memanfaatkan taman/kebun sekolah menjadi sumber belajar siswa, membiasakan
siswa dan komunitas sekolah untuk mencintai lingkungan, dan melatih siswa untuk
memiliki kesabaran, kemandirian, kerja keras dan mampu bekerja sama dalam tim.
Keberadaan taman
sekolah merupakan upaya melestarikan dan melindungi alam. Sekolah merupakan
tempat untuk menanamkan kesadaran dan kebutuhan untuk melestarikan sumber daya
alam. Upaya yang dilakukan SMPN 13 Kota Sukabumi yaitu dengan pembuatan taman
seni. Manfaat dari taman yang dibuat diantaranya: (1) Pembangunan karakter
siswa. Taman/kebun sekolah dapat melatih siswa untuk memiliki sikap mencintai
ciptaan Allah, disiplin, kerjasama, kejujuran, terampil, bertanggung jawab,
cinta lingkungan dan lain-lain; (2) Pembelajaran kontekstual. Taman/kebun
sekolah menjadi pusat kegiatan di luar kelas dan menjadi sumber belajar yang
nyata untuk beberapa mata pelajaran; dan (3) Taman/kebun sekolah menjadi
bermanfaat untuk meningkatkan gizi siswa dan sesuai kebutuhan sebagai Sekolah
Seni.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam penataan taman SMPN 13 Kota Sukabumi diantaranya: (1) membuat
taman vertikal; (2) memberikan pengetahuan dasar tentang berkebun kepada siswa;
(3) praktek membuat hidroponik sederhana; (4) Hiasi / mewarnai pot atau media
keras lainnya; (5) membuat taman mini dengan pot gantung; (6) engatur tanaman
menurut taksonominya; dan (7) perawatan taman.
Dalam pelaksanaan
penataan taman terdapat kendala yaitu sekolah sedang menjalani renovasi di
beberapa bagian, seperti: pagar depan sekolah, beberapa ruang kelas, dan
gerbang utama. Untuk mengatasi keterbatasan penanaman lahan, taman vertikal dibuat
di tanah yang berada di sisi kanan dan kiri panggung terbuka. Penataan juga melibatkan
beberapa guru agar taman sekolah agar taman sekolah dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dan mengimplementasikan hasil pembelajaran.
Adapun produk yang
dihasilkan melalui penataan taman tersebut adalah: (1) Botol plastik hasil
kerajinan belajar dimanfaatkan sebagai pot gantung yang akan digunakan untuk
membuat taman mini di dalam depan kelas; (2) Lukisan nyiru bertuliskan huruf
yang membentuk kata-kata SMPN 13 SUKABUMI; (3) Siswa diperkenalkan dengan
langkah-langkah pertanian hidroponik, dari pembibitan, penanaman, perawatan,
dan panen sehingga dapat menghasilkan sayuran dan buah-buahan; (4) Siswa mendapatkan
pengetahuan tentang teori kapiler pada sistem hidroponik sederhana yang mereka buat
dari pot botol plastik bekas; (5) Siswa diajak untuk dapat mengklasifikasikan
jenis tanaman yang ada dan mengatur mereka di sekitar halaman sekolah; dan (6)
semua taman sekolah mendukung karya siswa.
Masalah yang harus
dipertimbangkan secara hati-hati sehingga taman sekolah dapat keberlanjutan yaitu:
(1) konsistensi sekolah untuk menjaga kebun sekolah sebagai sebuah program yang
harus selalu mendapat perhatian; (2) komitmen semua anggota sekolah untuk
menjaga dan memelihara kebun sekolah; (3) pelatihan yang berkesinambungan bagi
siswa, dan program pembiasaan siswa; dan (4) sekolah memiliki setidaknya satu
penjaga sekolah yang siap untuk mengurus sekolah taman, terutama selama liburan
sekolah.
Tanggapan Penulis
Kegiatan penataan
taman yang dilakukan SMPN 13 Kota Sukabumi patut diapresiasi. Upaya yang dilakukan
terhadap pemanfaatan lingkungan sekolah akan berdampak positif pada akademik. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian Nulhakim dan Maulida
(2015) yang menyatakan terdapat pengaruh pemanfaatan lingkungan sekolah terhadap
hasil belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor pada konsep
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMP Negeri 2 Cikande. Hal
senada juga diungkapkan oleh Khanifah, et. al. (2012) bahwa pembelajaran
dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui penemuan dan pengalaman secara
langsung terhadap obyek dan fenomena biologi, serta menjadikan pembelajaran
lebih menarik dan menyenangkan.
Melalui
pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat mengeluarkan potensi dan minat yang
dimiliki untuk berkontribusi langsung terhadap kemajuan sekolah. Selain itu
dengan adanya taman sebagai media pembelajaran terpadu, memudahkan guru untuk
mendesain pembelajaran kontekstual karena lingkungan merupakan media yang tepat
untuk memfasilitasi siswa belajar. Penataan taman sekolah bukan hanya menguntungkan
secara akademik, melainkan aspek pembentukan karakter siswa juga dapat
difasilitasi diantaranya mencintai ciptaan Allah, disiplin, kerjasama,
kejujuran, terampil, bertanggung jawab, dan cinta lingkungan dapat dilatih.
KONTEN 2:
Aflatoksin: Karsinogen Tersembunyi Pada
Bahan Pangan dan Pakan
Hasil Riview
Aflatoksin (Aspergillus
flavus toksin) merupakan metabolit sekunder (senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan biokatifitas dan digunakan sebagai pelindung tumbuhan dari
gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau lingkunga) bersifat racun
bagi manusia dan hewan yang dapat dihasilkan jamur Aspergillus flavus dan
Aspergillus parasiticus yang banyak dijumpai pada tanah, dan mampu bertahan
selama proses pascapanen hingga penyimpanan.
Aflatoksin
dijumpai pada hasil pertanian yang tidak dikelola dengan baik seperti kacang
tanah, jagung, kakao, dan pala. Kontaminasi aflatoksin bersifat karsinogenik
(zat yang menyebabkan penyakit kanker), menurunkan kekebalan tubuh, dan anti
nutrisi pada hewan maupun manusia.
Pencegahan kontaminasi
aflatoksin yang dapat dilakukan oleh petani yaitu dengan pembersihan lahan,
menggunakan benih yang tahan serangan hama, pengairan dan pemupukan, panen
dengan cukup umur serta penanganan pasca panen yang baik. Sedangkan pedagang
dapat melakukan antisipasi dengan menggunakan kemasan yang bersih, tempat
penyimpanan yang bersih dan cukup cahaya maupun ventilasi udara. Adapun
konsumen dapat mencegah aflatoksin dengan membuang biji yang buruk dan hanya
mengolah biji yang baik. Ciri biji yang buruk seperti keriput, pecah, terbelah,
berjamur, dan berlubang.
Tanggapan Penulis
Zat aflatoksin banyak dijumpai oleh
kita dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan pangan yang kita
konsumsi memiliki sifat tidak terurai oleh panas sehingga kita perlu
berhati-hati dan teliti dalam memilih serta mengolah bahan pangan yang dikonsumsi.
Penulis sendiri memiliki pengalaman mengonsumsi kacang tanah yang direbus atau
kering juga pada saat mengonsumsi jagung. Terdapat kacang maupun jagung yang
dikonsumsi berbentuk buruk dan berasa pahit pada saat dimakan.
Kita harus waspada
pada Aflatoksin karena selain terdapat pada kacang kacangan (seperti kacang
tanah, jagung, beras, kedelai, gandum, rempah-rempah dan sebagainya) Aflatoksin
juga terdapat pada daging dagingan dan produk olahannya (daging ayam, sapi,
babi serta susu). Aflatoksin dapat hadir secara alamiah di alam maupun karena
proses penyimpanan yang kurang baik. Untuk dapat menghindari diri dari
Aflatoksin kita harus selektif dalam memilih bahan makanan yang akan kita
konsumsi, diantaranya kita harus melihat kondisi bahan pangan yang akan kita
olah, jangan pilih kondisi bahan pangan yang sudah berjamur atau telah berubah
warna serta rasa karena ada potensi toksin yang dihasilkan. Kemudian jangan
lupa simpan bahan pangan pada kulkas untuk mencegah pertumbuhan jamur pada
bahan pangan dan belilah bahan pangan pada sumber yang terpercaya.
Hasil Riview menggunakan Metode Speech To Text dan Text To Speech dapat dilihat pada laman youtube berikut:
Hasil Riview menggunakan Metode Speech To Text dan Text To Speech dapat dilihat pada laman youtube berikut: