Senin, 29 Juli 2019

Belajar Hidup Minim Sampah


Belajar Hidup Minim Sampah
Oleh:
Septian Nugraha
Guru Mata Pelajaran Prakarya MTsN 3 Subang

Sampah merupakan cerminan dari hidup kita. Sampah hadir setelah kita memakai sesuatu lalu membuangnya sehingga sampah menjadi masalah yang muncul setiap hari. Menurut riset yang dilakukan Sustainable Waste Indonesia (SWI) pada tahun 2017, sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. 65 juta ton sampah yang dihasilkan tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sedangkan, 7 % sampah didaur ulang dan 69% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal menarik lain yang disampaikan SWI dalam risetnya yaitu jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60%, sampah plastik 14%, sampah kertas 9%, metal 4,3%, kaca, kayu dan bahan lainnya 12,7%.
Perilaku dan kebiasaan masyarakat di Indonesia seperti membuang sampah langsung ke sungai atau alam, sampah tidak dipilah sebelum masuk ke tempat pengelolaan, dan membakar sampah merupakan permasalahan yang patut menjadi perhatian untuk diatasi. Walaupun tidak sepenuhnya perilaku masyarakat tersebut dapat disalahkan karena ketiadaan insfrastruktur pelayanan sampah menjadi alasannya. Namun dari hambatan tersebut, bukan berarti tidak ada solusi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi permasalahan sampah. Kita bisa mulai dari hal sederhana untuk mengurangi permasalahan tersebut asalkan kita mau menekuninya dan tak mudah putus asa untuk terus berusaha menerapkan pola hidup minim sampah.
Data hasil riset mengenai sampah yang dipaparkan diawal menjadi gambaran bahwa permasalahan sampah terletak dari cara pengelolaannya. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan berbagai masalah bagi lingkungan maupun kesehatan. Sedangkan sampah yang dikelola dengan baik dapat menjadi upaya kita untuk melestarikan lingkungan dan dapat pula menghasilkan nilai ekonomi. Hal lain yang menarik dari data riset SWI yaitu jumlah sampah organik yang cukup tinggi sebanyak 60% dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Hal tersebut merupakan potensi besar untuk dikelola dan akan berdampak signifikan apabila sampah organik dikelola dengan baik. Bisa diartikan bahwa mengelola sampah organik sama dengan menyelesaikan 60% permasalahan sampah.
Lantas bagaimana upaya kita untuk mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah organik?. Sampah organik merupakan sampah yang bersumber dari makhluk hidup dan secara alami dapat diuraikan menjadi material tertentu. Cara yang cukup efektif dan mudah dilakukan untuk mengelola sampah organik yaitu dengan mengompos. Dalam daur ekosistem, organisme (tumbuhan maupuan hewan) yang mati akan mengalami pembusukan oleh mikroba tertentu sehingga prinsip sederhana mengompos adalah mengembalikan sampah organik menjadi tanah. Mengompos bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan. Beberapa cara mengompos diantaranya dengan keranjang takakura, bak/kolam kompos, drum/tong kompos, metode ember, dan compostbag.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan komposting (penguraian sampah organik menjadi tanah), perlu diperhatikan beberapa hal untuk mendukung kegiatan tersebut. Pertama, mengomunikasikan kepada anggota keluarga mengenai pemilahan sampah berdasarkan jenisnya baik sampah organik maupun anorganik (kaleng, kaca, plastik, dll). Hal tersebut menjadi penting karena keberhasilan pengelolaan sampah diawali dengan proses pemilahan. Jika pemilahan sudah dilakukan dengan baik dan benar maka akan memudahkan kita untuk memeroses sampah ditahap berikutnya. Kedua, menyiapkan media untuk pengolahan sampah organik yang disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga, menyiapkan perlengkapan dan bahan penunjang seperti sekop tanah, sekop tembok, cangkul, tanah, sekam, daun kering, serbuk gergaji dan bioaktivator. Keempat, mencari referensi baik dari artikel maupun bertanya langsung kepada pegiat lingkungan mengenai pengolahan sampah organik. Hal tersebut agar kita tidak berhenti pada saat menemukan masalah dalam melakukan komposting dan menambah motivasi untuk konsisten melakukan pengolahan sampah organik tersebut.
Pengalaman penulis melakukan komposting menggunakan compostbag merupakan hasil  kegiatan pelatihan mengelola sampah organik (PMSO) yang diadakan oleh Jurusan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Bandung. Penulis sebagai guru di MTsN 3 Subang merasa prihatin mengenai permasalahan sampah yang ditemui hampir setiap hari baik di lingkungan sekitar rumah maupun sekolah. Merasa tergerak untuk ikut mengurangi permasalahan tersebut, penulis sedang belajar menerapkan pola hidup minim sampah dengan memulainya dari mengolah sampah organik yang dihasilkan di rumah. Sebelumnya penulis sudah melakukan komposting dengan cara membuat beberapa lubang resapan biopori (LRB) di halaman rumah namun dampaknya belum terasa karena kapasitas LRB untuk menampung sampah terbatas.
Demi memantapkan usaha minim sampah, sudah hampir 3 pekan penulis melakukan komposting dengan metode compostbag. Penulis dan anggota keluarga juga sudah mulai menyadari dan menerapkan 4 prinsip mengelola sampah yaitu replace, reduce, reuse, dan recycle yang berdampak positif terhadap kebiasaan mengelola sampah. Secara nyata dampak dari upaya tersebut adalah berkurangnya volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Belajar hidup minim sampah juga bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan membawa botol minum dan tempat makan ke sekolah atau tempat beraktivitas, membawa tas belanja yang digunakan tidak sekali pakai, menahan diri untuk membeli makanan dan minuman dengan menggunakan kemasan plastik sekali pakai, memanfaatkan sampah plastik untuk dijadikan ecobrick, dan memanfaatkan beberapa jenis sampah yang sudah dipilah untuk didaur ulang atau didistribusikan kepada pemulung.
Penulis menyadari bahwa hal yang mustahil kita bisa sepenuhnya terbebas dari sampah. Namun yang terpenting adalah adanya kemauan, kesadaran dan upaya untuk mengelola sampah dengan baik dan benar agar tidak menimbulkan masalah. Kita bisa mulai upaya tersebut dari hal-hal sederhana yang telah penulis paparkan. Memang tidak mudah untuk konsisten melakukan itu semua, namun penulis percaya jika ada kemauan pasti ada jalan. Insyaa Allah, segala bentuk upaya kita dalam menjaga keteraturan lingkungan melalui pengelolaan sampah menjadi amal kebaikan dan bernilai ibadah. Semoga kita diberikan kekuatan dan petunjuk oleh Allah S.W.T agar senantiasa menjaga keteraturan alam dan menjadikan sampah sebagai suatu keberkahan bukan suatu musibah. Aamiin  

Dokumentasi kegiatan penulis dalam megelola sampah organik:

 
Gambar 1 Membuat Lubang Resapan Biopori (LRB) di rumah dan sekolah
 

Gambar 2 Proses Pengolahan Sampah Organik ke dalam Compostbag



Gambar 3 Proses Komposting Sampah Organik

Tidak ada komentar:

VIRTUAL COORDINATOR TRAINING (VCT BATCH 6) WILAYAH JAWA BARAT

PENDAFTARAN VIRTUAL COORDINATOR TRAINING (VCT BATCH 6)  WILAYAH JAWA BARAT Oleh: Septian Nugraha Virtual Coordinator Training (V...